Open top menu
Sabtu, 19 Desember 2015
Apa itu radikalisme?

Apa itu radikalisme?, paham yang menganggap orang lain sebagai ancaman, dan paham yang ingin memperjuangkan kebenaran versi mereka dengan cara-cara kekerasan. Benarkah pendapat ini?.

Ahmad Syafii Maarif pernah menyatakan bahwa radikalisme lebih terkait dengan model sikap dan cara pengungkapan keberagamaan seseorang, sedangkan terorisme secara jelas mencakup tindakan kriminal untuk tujuan-tujuan politik. Radikalisme lebih terkait dengan problem intern keagamaan, sedangkan terorisme adalah fenomena global yang memerlukan tindakan global juga. Namun radikalisme kadang-kala bisa berubah menjadi terorisme, meskipun tidak semuanya dan selamanya begitu (Islam and the Challenge of Managing Globalisation, 2002). 

Namun, sejatinya radikalisme adalah satu tahapan atau satu langkah sebelum terorisme. Pada umumnya, para teroris yang banyak melakukan tindakan destruktif dan bom bunuh diri mempunyai pemahaman yang radikal terhadap berbagai hal, terutama soal keagamaan. Hal itu karena perbedaan diantara keduanya sangat tipis, dalam istilah Rizal Sukma (2004), “Radicalism is only one step short of terrorism.” 

Dan itu tampak ketika banyak para teroris melegitimasi tindakannya dengan paham keagamaan radikal yang mereka anut. Tidak heran jika para teroris yang juga kadang disebut sebagai orang neo-khawarij itu menganggap orang lain yang bukan kelompoknya sebagai ancaman. Dan ancaman ini dalam batasbatas tertentu, menurut mereka harus dimusnahkan. Radikalisme juga banyak beririsan dengan problem terorisme yang menjadikan keamanan dan kenyamanan menjadi terganggu. Oleh karenanya, diskusi tentang radikalisme dan penyadaran masyarakat akan bahaya radikalisme mesti harus dijadikan agenda yang serius dan terus menerus. 

Sebenarnya penganut radikalisme ini bisa menjadi partner yang menantang dalam diskusi, namun kebanyakan mereka sulit menerima perbedaan pendapat dan toleran terhadap aksi-aksi kekerasan. Perasaan bahwa “kelompok, ajaran kamilah yang paling benar” dan menutup pintu dialog dan setuju dengan aksi-aksi kekerasan bukan saja menjadi ancaman bagi kerukunan antarumat beragama, tetapi juga ancaman kerukunan di internal suatu agama. Saat ini kembali ramai di Indonesia saat ini adalah, perdebatan antara sunni-syiah yang jika tidak hati-hati dapat merusak persaudaraan antar umat Islam dan merusak persatuan bangsa Indonesia.

Tentu banyak faktor yang menyebabkan fenomena radikalisme dikalangan kaum muda ini, mulai dari soal ekslusifisme paham keagamaan, krisis identitas, aksi identitas, hingga soal gejala krisis sosial-budaya-ekonomi dan politik. Menurut Muhammad Najib Azca dalam “Yang Muda, Yang Radikal: Refleksi Sosiologis Terhadap Fenomena Radikalisme Kaum Muda Muslim di Indonesia Pasca Orde Baru” (2012), setidaknya ada 3 faktor yang bisa digunakan untuk menjelaskan fenomena radikalisme di kalangan kaum muda. Pertama, dinamika sosial politik di fase awal transisi menuju demokrasi yang membuka struktur kesempatan politik (political opportunity structure) yang baru di tengah tingginya gejolak dan ketidakpastian. Kedua, transformasi.

Berikut poin-poin tentang radikalisme yang disampaikan, Prof. Dr. Noorhaidi Hasan: 

1. Radikalisme merupakan faham, wacana dan aktivisme yang berupaya mengubah sistem— politik, ekonomi, sosial dan budaya—yang ada secara radikal.

2. Radikalisme memiliki 2 dimensi terpenting: (1) Kekerasan, dalam pengertian menerima kekerasan sebagai cara yang sah untuk mengubah sistem tersebut dan (2) Usaha aktif melakukan perubahan di dalam masyarakat secara radikal, yang tidak selalu menggunakan kekerasan

3. Sedankan radikalisasi adalah sebuah roses bertahap di mana seseorang semakin menerima perlunya penggunaan kekerasan, termasuk terorisme, dalam upaya mencapai tujuan politik dan atau ideologis tertentu.

4. Orang disebut radikal ketika ia terlibat secara aktif atau mendorong orang lain atau setidaknya mendukung terjadinya perubahan yang radikal dalam masyarakat, yang akan mengancam tatanan hukum demokratis

5. Sedangkan mengenai terorisme, Prof. Dr. Noorhaidi Hasan menjelaskan bahwa Radikalisme tidak secara otomatis berhubungan dengan terorisme. Tetapi radikalisme merupakan fondasi terjadinya terorisme • Terorisme merupakan perbuatan yang dilakukan secara sengaja untuk menimbulkan ketakutan di kalangan masyarakat atau memaksa pemerintah melakukan atau tidak melakukan sesuatu atau merusak struktur politik, ekonomi dan sosial yang ada


RADIKALISME DI MEDIA SOSIAL

Media sosial pastilah dilirik penganut paham radikalisme untuk mempropagandakan pemahamannya. Tentunya dengan berbagai tujuan, maksudnya propaganda radikalisme di internet ada yang benar-benar yang setuju dengan kekerasan, namun ada pula yang bertujuan mejelek-jelekan agam tertentu.

Setiap orang, utamanya generasi muda, lebih khusus lagi pelajar dalam kesehariannya mengalami fase ekternalisasi, sebuah fasi dimana proses reproduksi pengetahuan berjalan melalui aktor-aktor keseharian antara lain; keterlibatan dalam sebuah organisasi, konsumsi informasi dari beragam sumber yang intens (guru, mentor, teman sebaya bahkan sesuatu yang berasal dari luar dirinya dalam bentuk benda sekalipun seperti buku, majalah, internet dll), hingga indoktrinasi nilai dan makna yang terus menerus, yang telah lama menjadi cadangan pengetahuan para pelajar. Sementara fase obyektivasi disini dijelaskan dengan menyajikan fakta-fakta yang memiliki dua kemungkinan; (1) bertentangan dengan fakta eksternalisasi yang pernah diterima dan (2) menguatkan fakta eksternalisasi dari yang pernah ada dan dialami.

Radikalisme dapat dikategorikan dalam isu keamanan di internet, atau yang lebih umumnya literasi media (internet). Di Indonesia saat ini, setidaknya terdapat tiga isu utama dalam dunia media sosial yaitu keamanan, kreatifitas, dan kolaborasi (3 K). 

Isu kreatifitas dan keamanan adalah dua hal yang berkaitan, kreatif namun melanggar aturan juga membahayakan diri pengguna akun. Bahkan jika tidak hati-hati bisa membahayakan keutuhan NKRI. Sedangkan kolaborasi adalah bagaimana kita menggunakan media sosial untuk kepentingan nasional Indonesia yang salah satunya adalah keamanan.



Read more
Selasa, 15 Desember 2015
Gotong Royong Menghadapi Radikalisme & Memperjuangkan Kepentingan Nasional di Media Sosial

UNDANGAN. Dengan hormat, KOMUNIKONTEN, Institut Media Sosial dan Diplomasi mengundang Bpk/Ibu, teman2 menghadiri diskusi "Gotong Royong Menghadapi Radikalisme & Memperjuangkan Kepentingan Nasional di Media Sosial"
Narasumber :
1) KH. SALAHUDDIN WAHID (Tokoh Nahdlatul Ulama).
2) BIMA ARYA (Walikota Bogor),
3) DAHNIL ANZAR SIMANJUNTAK (Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah),
4) HARIQO WIBAWA SATRIA (Direktur Eksekutif Komunikonten)
5) EMANUEL HERDYANTO (Mantan Sekjen Sekjen PP PMKRI/Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia).
Moderator: Edrida Pulungan (Novelis & Blogger)
Senin, 21 Desember 2015. Pukul 13.00 – 16.00 WIB. Gratis dan dapat sertifikat. Tempat : Gedung PPIB (Pusat Pengembangan Islam Bogor) Jalan Pajajaran No.1 Kota Bogor, Samping Masjid Raya Bogor.
KONFIRMASI KEHADIRAN, kirim sms dgn format : nama, organisasi/komunitas, no hp, akun twitter, alamat email, ke:
Hafyz : 08118898926
Wahyu : 08111559558
Almi : 085782572832
Demikian undangan ini disampaikan, terima kasih atas kehadirannya. Jakarta, 10 Desember 2015.Hormat kami, Hariqo Wibawa Satria, @hariqo (Direktur Eksekutif KOMUNIKONTEN).
Read more